Jakarta, Kabar Medsos – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.660 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (23/10) sore atau stagnan dari Kamis (22/10).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.738 per dolar AS atau menguat dari Rp14.697 per dolar AS pada Kamis kemarin.
Di kawasan Asia, rupiah stagnan bersama dolar Hong Kong. Sedangkan beberapa mata uang Asia melemah dari dolar AS.
Ringgit Malaysia melemah 0,28 persen, rupee India minus 0,09 persen, dan won Korea Selatan minus 0,01 persen. Namun, beberapa lainnya berhasil ke zona hijau.
Yen Jepang menguat 0,23 persen, peso Filipina a0,22 persen, yuan China 0,2 persen, baht Thailand 0,16 persen, dan dolar Singapura 0,07 persen.
Sebaliknya, mata uang utama negara maju kompak menguat dari dolar AS. Rubel Rusia menguat 0,44 persen, dolar Australia 0,41 persen, franc Swiss 0,26 persen, euro Eropa 0,2 persen, dolar Kanada 0,09 persen, dan poundsterling Inggris 0,04 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memandang kurs rupiah stagnan hari ini karena sentimen yang tarik menarik di pasar keuangan. Dari dalam negeri, rupiah seharusnya mendapat sentimen positif dari pengumuman data investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Tercatat, investasi mencapai Rp611,6 triliun per kuartal III 2020. Jumlahnya tumbuh 1,7 persen secara tahunan. Nilai investasi tumbuh 1,6 persen dari kuartal sebelumnya yang terkontraksi 4,3 persen.
“Kalau melihat data investasi tersebut, optimisme masa kritis realisasi investasi sudah terlewatkan (bagi pelaku pasar),” ujar Ibrahim.
Namun, rupiah turut mendapat sentimen dari eksternal, mulai dari hasil debat pemilihan presiden AS antara Donald Trump dan Joe Biden, kelanjutan stimulus ekonomi AS, hingga Brexit antara Inggris dan Uni Eropa.
“Mata uang rupiah pun ditutup stagnan walau sesi pagi sempat melemah 45 poin,” pungkasnya.
[CNN]
