Kabar Medsos – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sekaligus Menteri BUMN Erick Thohir, pekan lalu mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) dan Tiongkok membicarakan pembelian vaksin dan bahan baku vaksin sebanyak 290 juta-340 juta. Pembelian vaksin dan bahan baku vaksin bahkan sudah dituangkan dalam perjanjian kerja sama.
“Hasil kunjungan tersebut sangat baik dan bahkan melebihi harapan kita semula,” kata Retno Marsudi dalam keterangan persnya seusai rapat terbatas dengan Presiden di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 24 Agustus 2020.
Menlu menjelaskan, pemerintah menyiapkan dua pendekatan, yakni pendekatan jangka pendek dan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 di Tanah Air. Dua pendekatan ini dilakukan sekaligus untuk menuju kemandirian produksi vaksin, yakni vaksin Merah-Putih.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan pemerintah tengah berupaya melobi negara yang memproduksi vaksin virus Corona atau COVID-19. Menurutnya, vaksinasi di Indonesia bisa dilakukan bulan Januari 2021.
“Kemarin Menteri BUMN (Erick Thohir) sudah pergi ke Uni Emirat Arab dan China untuk memastikan vaksin itu bisa kita dapatkan, baik dalam bentuk bahan baku maupun beli jadi. Karena ini rebutan semuanya, ada 215 yang rebutan,” kata Jokowi saat memberi sambutan dalam acara penyerahan banpres produktif usaha mikro di Gedung Agung yang disiarkan secara langsung melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat 28 Agustus 2020.
Vaksinasi Covid-19 akan dimulai awal Januari 2021. Vaksinasi tersebut menggunakan 20 juta hingga 30 juta vaksin dari Tiongkok dan Uni Emirat Arab (UEA) yang masuk mulai November 2020.
“Tapi saya meyakini, insyaallah di bulan Januari kita sudah mulai suntik vaksin (COVID-19 ke masyarakat) agar masuk ke (tata kehidupan) normal kembali,” katanya.
“Sebanyak 170 juta rakyat Indonesia akan divaksinasi, masing-masing dua kali, sehingga dibutuhkan 340 juta vaksin,” ungkap Presiden Jokowi dalam diskusi dengan 11 pemimpin redaksi media massa Ibu Kota di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin 31 Agustus 2020.
Untuk vaksinasi yang akan dimulai awal Januari 2021, kata Presiden, pemerintah mengimpor vaksin dari Tiongkok dan UEA sebanyak 20 juta hingga 30 juta. Mulai November tahun ini, vaksin itu sudah bisa mulai diimpor.
Vaksin dari Tiongkok dikembangkan oleh Sinovac. Adapun vaksin dari UEA dikembangkan perusahaan farmasi G42 dari UEA bersama Sinopharm, perusahaan farmasi asal Tiongkok.
Selain 20 juta-30 juta vaksin yang sudah jadi dan siap disuntikkan, pemerintah juga mengimpor bahan baku vaksin dari kedua negara tersebut. Bahan baku dimaksud untuk memproduksi 290 juta vaksin. Kegiatan produksi dilakukan oleh PT Bio Farma, BUMN farmasi yang berlokasi di Bandung. Bahan baku vaksin juga diimpor mulai November tahun ini.
“Semua standar dipatuhi, termasuk tiga kali uji klinis. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sudah diikutkan sejak proses awal, sehingga tak ada masalah lagi dengan standar,” papar Presiden.
Kegiatan vaksinasi akan diselesaikan dalam tempo satu tahun dengan biaya negara. Vaksinasi dilakukan di puskesmas dan rumah sakit. Rakyat menerima vaksinasi secara gratis kecuali mereka yang ingin mendapatkan perlakuan khusus. Mereka yang ingin divaksinasi lebih awal akan dikenakan biaya.
Selain memproduksi vaksin bekerja sama dengan Sinovac dan G42, Bio Farma juga sedang menyiapkan produksi vaksin Merah-Putih. Pada pertengahan 2021, vaksin Merah-Putih ditargetkan sudah bisa mulai diproduksi. “Ini adalah produksi kita sendiri dengan bahan baku dari dalam negeri,” kata Presiden.