Jakarta, Kabar Medsos – Para pengusaha tahu dan tempe di DKI Jakarta dan Jawa mengeluhkan naiknya harga kedelai yang terlalu tinggi.
Hal ini berdampak pada bisnis tahu dan tempe mereka yang bergantung pada bahan baku utama yakni kedelai.
Akibatnya para pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi pada tanggal 1 hingga 3 Januari. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas harga kedelai yang tinggi.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syaifuddin menjelaskan alasan di balik mahalnya harga kedelai di akhir-akhir ini. Menurutnya, kenaikan harga terjadi karena mengikuti harga pasar internasional.
Sebab, sekitar 80% kebutuhan kedelai di Indonesia ditutup oleh impor dari Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa negara lainnya. Sementara kurang dari 20 persen dipenuhi oleh produksi lokal.
Sebelumnya, Aip sendiri telah menyampaikan harga tahu dan tempe akan dinaikkan 10-20 persen. Hal ini dilihat dari harga kedelai impor yang terus melambung.
“Kami sudah minta ke Kementan untuk jangka panjang tingkat produksi. Ini lah momentumnya. Karena kalau kedelai impor naik tinggi pasti produsen lebih memilih kedelai lokal daripada impor,” ucapnya.
Akibatnya harga jual tetap rendah dan banyak produsen kembali merugi.
Atas kondisi ini, Gakoptindo mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar meningkatkan produk kedelai dalam negeri. Sebab, saat ini hampir seluruh pasokan bahan baku tempe-tahu diimpor.
[km]