Pemuda Prancis Lolos di Akademi Militer

Viral di media sosial, pemuda bertampang bule keturunan Sunda-Prancis yang ingin menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus). 

Pemuda bernama Enzo tersebut belum lama ini diwawancarai Panglima TNI saat mengikuti sidang pemantauan akhir di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Enzo Zenz Allie (18), warga negara Indonesia keturunan Perancis, tercatat sebagai calon taruna Akademi TNI tahun 2019.

Enzo bertekad menjadi prajurit Infanteri dan Komando Pasukan Khusus ( Kopassus) TNI AD. Dalam keterangan tertulisnya, Aspers Kasad Mayjen Heri Wiranto mengatakan, keinginan Enzo menjadi prajurit Infanteri dan Kopassus tersebut disampaikan dalam kegiatan penerimaan TNI dengan sidang Panitia Penentuan Akhir (Pantukhir) terpusat yang dipimpin Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa, Jumat (2/8/2019), di Gedung Lily Rochli, Akmil, Magelang.

“Dalam acara itu terdapat calon taruna Akmil yang menarik perhatian Panglima TNI dan para kepala staf angkatan, yaitu Enzo Zenz Allie. Yang bersangkutan merupakan anak yatim yang memiliki kemauan keras untuk menjadi prajurit Infanteri dan Kopassus,” kata Heri.

Heri mengisahkan, Enzo lahir dan menghabiskan masa kecil di Paris, ibu kota Perancis. Baru saat usianya menginjak 13 tahun, Enzo hijrah ke Indonesia.

“Sewaktu kecil ia ikut bersama ayahnya, Jeans Paul Francois Allie. Namun, setelah ayahnya meninggal, Enzo dibawa pulang oleh ibunya dan melanjutkan sekolah di salah satu pesantren di Serang, Banten,” katanya. Selain bahasa Indonesia yang merupakan bahasa ibu, tutur Heri, Enzo yang menempuh sekolah dasar (SD) di Perancis serta SMP dan SMA di Indonesia menguasai bahasa Perancis dan Inggris serta lancar mengaji Al Quran.

“Kemampuan bahasa memang tidak jadi persyaratan mutlak, tetapi menjadi nilai tambah bagi calon taruna dalam berkompetisi dengan yang lain. Termasuk Enzo, dinyatakan lolos untuk mengikuti pendidikan calon prajurit taruna (capratar) karena nilai memenuhi syarat,” katanya. Dalam keterangan tertulis tersebut pula, saat ditemui Kapenhumas Akmil Letkol Inf Zulnalendra, putra dari Siti Hajah Tilaria ini bersyukur karena cita-citanya sejak kecil dapat tercapai. “Saya merasa bahagia dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai capratar. Terima kasih (Mama) yang telah mengurus saya selama ini, terima kasih banyak,” ujar Enzo. “Saya tahu Akmil dari Ibu. Ketika SMP, saya pindah ke Indonesia tahun 2014 untuk melanjutkan SMP,” katanya.

Enzo Zenz Allie, namanya viral saat remaja keturunan Prancis-Indonesia berhasil lolos sebagai taruna Akademi Militer (Akmil). Cita-cita Enzo untuk menjadi prajurit TNI sudah tertanam sejak dia masih duduk di bangku sekolah.

Lolosnya Enzo menjadi sorotan, lantaran status kewarganegaraan Enzo Allie dipertanyakan dan diduga terpapar radikalisme.

TNI tak tinggal diam dengan langsung memberikan pembelaan untuk Enzo dan menyakini jika pemuda blasteran Prancis-Indonesia itu tidak terpapar paham radikalisme.

Sebelumnya, polemik taruna Akmil Enzo Zenz Allie mencuat lantaran dia diduga simpatisan Hizbur Tahrir Indonesia (HTI). Dugaan tersebut berawal dari postingan di media sosial yang memperlihatkan Enzo tengah membawa bendera HTI dengan ransel di punggungnya.

Berikut Hal yang membuat TNI yakin mempertahankan Enzo menjadi taruna:

1. Enzo Tak Terpapar Radikalisme

Isu beredar bahwa Enzo Zenz Allie sudah terpapar radikalisme. Isu itu muncul setelah sebuah foto diduga Enzo di akun Facebook Salman Faris.

“Penasaran dengan sosok Enzo Ellie. Remaja blasteran Indonesia-Prancis yang viral karena lolos jadi anggota TNI. Iseng nyari akun FB-nya, wah ngeri-ngeri sedap juga rupanya. Anak ini bersama ibunya yang bernama Hadiati Basjuni Ellie terindikasi kuat sebagai simpatisan HTI. Pendukung khilafah dan anti pemerintah. Kalau ayahnya sendiri yang berkebangsaan Perancis, menurut informasi telah wafat. Bukan apa-apa, sekedar kewaspadaan saja. Jangan sampai TNI memelihara anak ular,” seperti itulah tulisan yang diunggah Salman.

Mendengar isu soal Enzo yang terpapar radikalisme, pihak TNI pun menanggapi. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi menyampaikan, pihaknya sudah sangat selektif dalam menyaring para taruna Akmil.

“Tidak (radikal). Kita kan ada sistem seleksi yang berbeda dengan seleksi orang mau kerja shift siang, shift malam. Ini untuk megang senjata dia. Jadi sudah selektif,” tutur Sisriadi.

Menurutnya, TNI memiliki sistem seleksi mental ideologi. Mulai dari tes tertulis, wawancara, hingga penelusuran media sosial milik calon taruna akmil.

“Jadi itu sudah kita lakukan semua. Kalau masalah terpapar itu banyak orang terpapar. Mungkin mereka memberikan pendapat-pendapat tentang apa gitu,” jelasnya.

2. Panglima TNI Pastikan Enzo WNI

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan bahwa pemuda blasteran Prancis bernama Enzo Zenz Allie, yang masuk akademi militer (Akmil) adalah Warga Negara Indonesia. Dia menegaskan, WNI adalah syarat mutlak jika ingin menjadi taruna Akmil.

“Ya dari persyaratan saja masuk ke daftar militer harus WNI, kita berbicara masalah persyaratan,” ujar Hadi Tjahjanto.

Menurut dia, Enzo pernah mengenyam pendidikan di Prancis hingga Sekolah Dasar. Namun, setelah sang ayah meninggal, Enzo lalu tinggal bersama ibunya di Jakarta.

“Ibunya Jakarta, sama ibunya dimasukkan ke Ponpes, dia sekolah SMP hingga SMA,” kata Hadi.

Hadi mengatakan, Enzo lolos masuk Akmil lantaran telah memenuhi syarat baik secara fisik ataupun psikologis. Dia juga melihat cukup potensial menjadi taruna Akmil.

“Dilihat dari seleksinya memenuhi syarat vital itu pull up-nya, larinya, yah itu dihitung semua secara fisik kemudian psikologinya semuanya memenuhi syarat,” kata Panglima TNI Hadi Tjahjanto.

3. TNI AD Tetap Pertahankan Enzo Zenz Allie

Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan pihaknya tetap mempertahankan Enzo Zenz Allie sebagai taruna akademi militer.

Hal ini diyakini karena pihaknya bersama tim intenal TNI sudah melakukan uji tambahan terhadap Enzo terkait isu viral di media sosial.

“Kami sudah valid dan kami mengambil alat ukur alternatif yang cukup valid dan akurasinya sudah teruji selama 8 tahun. Hasilnya dari index moderasi bernegara kami, Enzo memiliki nilai 84 persen atau 5,9 dari maksimum 7. Jadi indeks moderasi bernegaranya bagus,” jelas KSAD Andika di Mabes AD, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).

Jenderal bintang empat ini berharap dengan dirilisnya pernyayaan resmi ini, tidak ada lagi publik yang meragukan Enzo sebagai taruna akademi militer.

Malahan, Andika berharap setiap pihak dapat mendorong dan mendukung langkah Enzo dan 364 taruna lainnya untuk dapat menyelesaikan pendidikan dengan hasil positif dan sebaik-baiknya.

4. Berprestasi

Enzo adalah remaja yang banjir akan prestasi. Masa kecil Enzo, sekolah dasar di Prancis dan mulai sekolah di Indonesia sejak SMP dan sempat sekolah Pesantren Serang. Selain itu menguasai bahasa Prancis, Enzo juga menguasai bahasa Inggris.

Menurut sang Ibu, Siti Hajar Tilaria, Enzo kecil sengat senang menggunakan baju tentara dan Enzo sangat senang berfoto dengan anggota Kopassus saat HUT TNI di Serang.

“Menjadi prajurit TNI, merupakan cita-citanya semenjak kecil. Enzo memacu diri mewujudkan cita-citanya dengan cara mengejar prestasi, di antaranya menjadi juara kedua lomba lari jarak 50 meter di Popda serta juara 1 lari jarak 400 m dan 800 m di Kejurkab,” kata Siti Hajar Tilaria seperti dikutip dari situs TNI AD.

Bagikan di:

Related posts

Leave a Comment