“Perubahan iklim bagi saya, jelas area di mana PBB memiliki kewajiban untuk mengambil kepemimpinan global,” katanya kepada Time Magazine.
"It’s absolutely essential for the planet - and we have the obligation to do everything we can to try to push this present situation to be reversed." -- @antonioguterres talks #ClimateAction in latest issue of @Time. https://t.co/SAxWKLUkpP pic.twitter.com/A97P0gNIcG
— United Nations (@UN) June 13, 2019
Dalam foto sampulnya, Gutteres yang mengenakan setelan jas terlihat basah karena masuk dalam air setinggi lutut di tepi pantai Tuvalu, salah satu negara di Kepulauan Pasifik yang terancam tenggelam akibat kerusakan alam yang menyebabkan naiknya volume air laut dunia.
Tuvalu hanya satu dari sembilan negara di Samudera Pasifik yang terancam tenggelam akibat memburuknya pemanasan global.
Dalam catatan PBB, Tuvalu sedang terancam musnah dari daratan bersama Kiribati, Samoa, Nauru, Kepulauan Solomon, Kepulauan Fiji, Kepulauan Marshall, Kepulauan Maldives (Maladewa), dan Vanuatu.
Walau berada jauh di Samudera Pasifik, pulau-pulau lain juga patut dikhawatirkan. Salah satunya ialah Vanuatu, negara kepulauan yang menurut PBB paling sering terkena bencana alam dari lini air dan udara.
Seluas 12 ribu kilometer persegi, republik yang dihuni 286 ribu jiwa ini dijilat air laut yang volumenya semakin tinggi.
Dari penelitian diketahui bahwa air laut di sekitar kawasannya naik satu centimeter per tahunnya.
Dikhawatirkan lima dekade dari sekarang pulau yang ditemukan oleh penjelajah Spanyol pada tahun 1600-an dan terbagi dalam persemakmuran Inggris serta kekuasaan Prancis pada tahun 1800-an ini akan tenggelam selamanya.